Filsafat oh filsafat

Hari rabu kemaren gue sempet sharing dan diskusi ama temen gue di IKBAS, dan kebetulan dia ketuanya untuk periode ini. Namanya Maslam (nama asli nih).

Tema yang kita angkat pada pertemuan kemaren adalah mengenai dasar pemikiran filsafat, filsafat menurut tokoh seperti aristoteles dan lain sebagainya lah.

Dan kebetulan gue belakangan ini sedang mendalami dan pengen tahu secara lebih mendalam lagi.

Dan pada akhirnya gue dapet sebuah artikel seperti yang ada dibawah ini.
Dan gue lupa buat nyantumin linknya di postingan ini soalnya gue cuman sekedar ngopi gitu aja.
Mudah-mudahan bermanfaat masbro dan mbaksis :)
----------------------------------------------------------------------------
DASAR FILSAFAT

Ketika saya mencoba mengartikan kata filsafat, maka seketika itu pula saya pun sedang berfilsafat. Buat saya tidak ada definisi yang pasti mengenai filsafat. Pengertiannya tidak terbatas hanya satu, tetapi memiliki berbagai varian seiring berjalan waktu. Ilmu sosial yang merupakan wadah filsafat memang tak pernah bisa lepas dari konteks zaman maupun kondisi pada waktu diutarakan pengertiannya.

Ketahuilah, filsafat tidak pernah mengalami jawaban akhir. Hal yang kemudian terpecahkan melalui filsafat, pada hakikatnya adalah bentuk pertanyaan yang perlu dikaji ulang guna memperoleh kesempurnaan sesuai waktu dan keadaan yang selalu berubah. Oleh karena itu, filsafat memberikan banyak peluang bagi para pemikir untuk mendefinisikannya. Tidak ada pengertian yang lebih baik, atau lebih buruk dibanding yang lain. Karena filsafat bukanlah menawarkan sebuah solusi, justru dia menghadirkan masalah dan keresahan pada manusia. Filsafat telah mengganggu kedamaian intelektual manusia.

Filsafat membuat para ilmuwan menjadi gelisah atas apa yang telah ditempuhnya. Filsafat selalu berawal dari pertanyaan, dan berakhir dengan pertanyaan pula. Itulah yang membuat filsafat memiliki ciri khas tersendiri dan bersifat unik, karena filsafat telah membuat hidup manusia lebih berwarna dengan segala problematikanya. Berbeda dengan ilmu alam yang bersifat pasti. Pada waktu dan tempat apapun, ilmu alam selalu memiliki sifat pasti.

Filsafat pada prinsipnya adalah induk dari segala ilmu pengetahuan, termasuk dari ilmu sosial itu sendiri. Semua ilmu maupun pengetahuan yang berkembang dari zaman ke zaman, selalu menggunakan filsafat sebagai instrumen untuk memecahkan setiap masalahnya. Hal ini karena filsafat selalu identik dengan aktivitas berpikir, melalui logika maupun nalar. Disadari ataupun tidak, semua ilmu pengetahuan yang kita pelajari, praktis lahir dan timbul dari filsafat. Tidak ada ilmu yang lahir terlepas dari filsafat.

Segala ilmu lahir melalui filsafat. Pada awalnya mereka bergelut dengan pemikiran dengan segenap komponennya. Setelah itu, mereka seolah melepaskan diri dari filsafat untuk kemudian berdiri sendiri sebagai ilmu yang mandiri. Dengan kata lain, mereka pada hakikatnya adalah reduksi dari ilmu filsafat. Dan sebenarnya, selamanya mereka tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari filsafat guna memperoleh pembaharuan ilmu yang lebih maju dan berkembang. Namun seringkali mereka terlupa akan hal itu, filsafat cenderung dilupakan kemudian.

Terlebih, filsafat senantiasa bersifat abstrak tidak terlihat dalam bentuk fisik. Filsafat dirasa terlalu mengawang – awang. Imajinasi pikiran yang begitu tinggi. Dan tidak semua orang menyukainya. Tidak semua orang menyukai aktivitas berpikir. Hal ini terutama benar bila meninjau sistem dan lingkungan tempat individu berada yang terjebak pada lingkaran setan. Namun sekali lagi, saya mengamini bahwa tidak ada urusan yang mampu terselesaikan tanpa melalui filsafat sebagai wacana berpikirnya.

Berbagai argumen terkait filsafat, mulai dari klasik, pertengahan, modern, ataupun postmodern, selalu menempatkan filsafat itu sendiri pada prakteknya. Dengan demikian, tujuan filsafat adalah mencari bentuk dari filsafat lainnya. Pilihan rasional filsafat terletak pada masalah pemikiran saja. Filsafat tak pernah lelah mencari dan terus mencari, dan kemungkinan besar pencariannya itu tidak akan pernah berhenti sampai akhir masa. Karena buat saya, filsafat tidak pernah mencari dalam arti menemukan hasil. Tidak ada yang paling benar, dan tidak ada pula yang paling salah. Siapa yang sesungguhnya benar, dan siapa yang sesungguhnya salah, Itupun selalu menjadi bahan pertimbangan filsafat. Artinya, filsafat adalah filsafat itu juga. Tidak akan pernah terjamah kata.

Oleh karena itu, tidak pernah bisa kita mengenal kata “habis” dalam filsafat. Apa yang dikatakan sebagai sintesis, yang merupakan pergulatan tesis dan antithesis, sesungguhnya bukanlah sintesis. Namun merupakan tesis yang kemudian dibenturkan dengan antithesis lagi, begitulah seterusnya. Sungguh membingungkan dan lucu ketika kita mencoba menganalisis filsafat. Karena ketika kita mencoba mengartikannya, semua komponen filsafat pun kita bawa kedalamnya. Bagaimana mungkin kita mendefinisikan filsafat sedangkan kita sendiri sedang berfilsafat didalamnya?. Tidak ada pengertian murni dan lepas dari filsafat karenanya. Termasuk pada tulisan ini pun, mungkin sedang terjebak pada filsafatnya itu sendiri berkaitan dengan analisisnya mengenai filsafat.

Menurut saya, bukanlah kata – kata besar maupun istilah rumit dan sulit dimengerti yang bisa mewakili filsafat. Cukup biarkanlah saja filsafat ada dengan sendirinya bersama segala varian objeknya. Tidak perlu dicari, pasti kita pun berfilsafat, entah dalam skala kecil ataupun besar. Tidak perlu diluahkan dengan kata, pasti kita pun berfilsafat sendiri, entah disadari ataupun tidak. Bahkan tidak perlu dipikirkan pun, kita sudah bisa dibilang telah masuk dalam ranah filsafat. Hal sekecil apapun, kita pasti selalu mempunyai bahan pertimbangan untuk menentukan pilihan. Ini berarti bahwa manusia memang pasti berpikir. Oleh karenanya, ketika kita tidak berpikir, maka sejatinya kita pun telah berpikir, yaitu berpikir mengenai ketidakberpikiran, yang berarti jatuhnya berfilsafat lagi. Akan tetapi, apakah ada berpikir mengenai ketidakberpikiran?. Entahlah sangat rumit mempersepsikan ini semua. Seakan semua pun hanyalah omong kosong belaka, tidak pernah ada kepastian yang benar – benar pasti.

Sebagai akhir, menurut saya mungkin ada baiknya kita sejenak merenungkan apa yang telah dinyatakan oleh Aristoteles guna berpikir mengenai filsafat. Ia mengungkapkan : “Barangsiapa yang ingin menjadi seorang filsuf, maka dia harus berfilsafat. Dan barangsiapa yang tidak ingin menjadi seorang filsuf, maka dia pun harus berfilsafat”.