Jogging time

I’m back! Gue dibelakang! Eh... sory bukan itu artinya....
Huhmmm oke, selanjutnya gue pengin cerita pas gue jogging kemaren di...

Senayan, 4 September 2011
Ceritanya begini...

Sebuah niat yang mantap dan tekad yang bulat udah gue siapkan sejak malam.
            Jika mempunyai niat yang kuat, Tuhan slalu memberikan kemudahan jalan :) #pepatah

Gue mau jogging. Yup... jogging. Sebuah kata yang jarang gue praktekin dan terasa ganjil di telinga gue.
            Jogging itu... kembaran jiggong yah??

Di jogging kali ini gue bakal menempa diri gue biar jadi ‘laki’. Gue pengen ngeratain perut gue pasca lebaran. Gue pengen ngencengin otot. Gue pengen sehat. Gue pengen ngebentuk badan gue lagi. Gue pengen cuci mata. (yang terakhir sebetulnya ga perlu disebutin)

Gue, dilema (salah satu judul lagu Cherrybelle). Belum ada kegiatan yang berarti.
Hampir tiap malem cuman bisa OL mantengin TL dan kadang YM-an ama ade gue, Maya (bukan ade yang sebenarnya). *sambil ngunyah cemilan, kraukk*
Akhirnya gue jalani niat mulia ini.

Oke fix, paginya gue berangkat ke Senayan. Dengan mengendarai kendaraan sejuta umat, kopaja. Gue menyusuri jalanan ibukota. Berkelana.
FYI. Salah satu kesenangan gua adalah berkelana. Berkelana mengikuti arah angin. Mengikuti mood. Menikmati hidup. Menikmati kebebasan.
            You wanna joint us? Call me ya...

Singkat cerita gue udah sampai di Senayan. Suasana di sana rame. Banyak yang lari, olahraga, bersepeda ria dan orang yang jualan. Gue mulai jogging. Lari mengitari stadion GBK.
Oiya ada pemandangan tidak biasa di situ. Banyak banner terpasang. Ternyata malam harinya bakalan ada pertandingan amal antara AC Milan Glory vs Indonesian Legend (Info lebih lanjut cari di google).
Pertandingan yang kurang menarik bagi seorang liverpudlian seperti gue. Dan ternyata hasilnya mengecewakan mas bro, Indonesian Legend ditekuk lutut 5-1 oleh AC Milan Glory dan fakta lainnya yang main dari kedua tim adalah para pemain kawakan (baca: manula)

Ada yang lain
Sebagai seorang jomblo yang setia menunggu pujaan hatinya yang setiap detik – menitnya selalu menggetarkan hati dengan air liur yang keluar dari mulut. (gue masih payah untuk membuatnya puitis). Sosok yang gue elu-elukan yang mirip dengan Maddi Jane.
“Gue nggak ngerti kenapa gue bisa suka banget ama bocah itu.”
“Hah? Bocah... sumpeh lu? Beneran bocah?”
“Yup, dia penuh chemistry... and she has the sweetest eyes I've ever seen...”

Ketika dirinya sudah tidak lagi kunanti dan sudah dua minggu tak ada kabar darinya. Disinilah perasaaan gue diuji.

Ujian yang pertama.
Saat gue mulai kelelahan, nafas gue terengah-engah,  kadar oksigen di otak mulai berkurang, tubuh ini benar-benar tak bisa mengingat seseorang dengan baik. Termasuk doi. Yang gue inginkan adalah air minum dan berhenti berlari. Yahh.. stamina gue masih payah.

Ujian yang ke-dua.
Saat gue di putaran yang (kalo ga salah) ke-3, gue menemukan sesuatu yang bisa memalingkan mata. Tepatnya seseorang. Dan dia adalah vitamin.
Mata kita bertemu. Retina gue membesar, jantung berdegup kencang, nafas berhenti dan keringat mengucur deras. Dunia bergerak slow motion. Dia  memandang gue sejenak sambil berkonsentrasi dengan permainan badmintonnya.
Satu detik yang mungkin tidak berarti baginya, namun itu satu detik yang yang sukses membuat gua gusar sampai .... (gue ngga tau pasti sampai kapan)
Perasaan gue mulai goyah ketika gue melihat sosok lain. Gue mulai sadar, sekuat apapun perasaan lo terhadap seseorang, itu ga bisa ngejamin lo buat berpaling ke lain hati. Perasaan ini begitu rapuh Ya Tuhan...

It’s time to ngeceng
Pikiran gue masih berkelana... menyusuri dirinya.
Ga tiap hari juga loh gue ngecengin cewek, apalagi harus ke Senayan. Namun satu hal yang harus gue waspadai adalah terekspos menjadi jomblo dan jual pesona di minggu pagi. Dengan masang muka penuh ngarep. Ngenes.

Gue duduk dengan keringat yang keluar deras dari sekujur tubuh gue. Gue terlihat keren. (kalo mau muntah, muntah aja. Gue yang ngomong juga enek).

Tiba-tiba.... Tiba-tiba.... Tiba-tiba.... (sengaja gue tulis berulang biar dramatis)
Tanpa diduga cewek yang tadi lewatin saat gue lari itu pun berjalan ke arah gue. Kemudian berhenti tidak jauh dari tempat dimana gue duduk. Dan dia melanjutkan permainan badmintonnya dengan seorang lelaki paruh baya yang gue sinyalir itu adalah bokapnya. Dia bermain sambil bercengkrama. Pemandangan yang bagus.
Dengan jarak radius kurang dari 10 meter di belakang gue, gue bisa menikmati keindahan kuasa Tuhan yang satu ini. Tampak sangat jelas. Menarik.
Gue impleng dia. Lama. Gue sekedar memastikan apakah dia benar-benar seorang cewek tulen.
Tubuhnya terbungkus rapi dan berjilbab, tanpa mengurangi kesan sporty.
Gue bisa menebak umur dia berkisar antara 15 – 17 tahun. #pedofildetected Tipikal orang yang supel. Gue bisa liat dari cara bicaranya yang santai dan gerak tubuh yang luwes. Tingginya antara 165 – 170 cm. Dia putih, cantik dan innocent.

Pemandangan yang tampak indah di mata itu kemudian turun ke hati lalu naik lagi dan berhenti di bibir. Gue tersenyum.
Gue tak kuasa memerhatikan betapa sempurna dan langkanya makhluk ini dan gue sesaat terbawa khayalan,
“Lapor, Kapten.”
“Silahkan, ada apa?”
“Di pesisir sana ada seorang nelayan menemukan wanita cantik terdampar. Dia pingsan”
“Kamu jaga pos, saya mau ke pesisir”
“Perlu saya temani Kapten?”
“Tidak terima kasih. Cukup saya sendiri”
“Siap, Kapten.”
“Baik... Ah nama? Namanya siapa??”
“Saya? Saya Joni, Kapten”
“.........”. Kemudian hening

Dia mulai merasa terperhatikan. Lamunan gue buyar,
Lalu gue mendengar bisikan-bisikan dari dalam. Bisikan perenggut kebahagiaan.
Gue coba membandingkan diri gue dengan dirinya. Gue seperti ikan asin.
Tak lama, segera gue tepis pikiran itu. Gue teringat kata-kata para motivator cinta yang sering mondar-mandir di situs jejaring soaial yang gue ikuti.
Mindset! Gue harus rubah mindset. Itulah yang membuat gue bertahan.
          “Rubah mindset... Naikan value Anda... Pantaskanlah diri Anda”

Oke. Dan gue pun melanjutkan jogging gue. Dia masuk ke database gue.

0 komentar:

Posting Komentar